by

FFI 2025: Perayaan Sinema Beragam Dalam “Puspa Warna Sinema Indonesia”

Dengan mengusung tema “Puspawarna Sinema Indonesia” Rangkaian panjang Festival Film Indonesia (FFI) 2025, telah mencapai puncaknya, bersiap untuk menuju Malam Anugerah Piala Citra pada 20 November 2025.

Memasuki usia ke-70 perhelatan FFI sejak pertama kali digelar pada 1955,
bukan sekadar ajang penghargaan, melainkan cerminan nyata dari keberagaman genre, tematik, dan kemajuan teknis perfilman nasional.

Selain itu, dukungan penuh dari pemerintah juga mengiringi perjalanan FFI 2025, di mana film ditempatkan sebagai bagian tak terpisahkan dari ekspresi budaya bangsa. Turut hadir pada kesempatan ini, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah Agam; serta Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha
Djumaryo.

Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo, menyampaikan bahwa FFI adalah momen bagi kita merayakan film dan semua orang di baliknya. Karena menurutnya, di balik setiap film ada kerja keras banyak orang, mulai dari penata tata rias artis, lampu, set designer, penulis naskah, dan lainnya.

“Mereka semua layak dirayakan karena telah mencurahkan cinta dan dedikasi pada cerita-cerita yang mereka yakini. Hari ini kita merayakan kemenangan
mereka, tapi di luar itu masih banyak ribuan cerita lain yang menunggu giliran untuk mendapat tempat di layar lebar,” ungkap Wamenbud, Giring Ganesha kepada Rekan Media dikantornya dikawasan Sudirman Jakarta Rabu (12/11/2025).

“Terima kasih kepada semua insan perfilman Indonesia, dan kepada
panitia FFI yang telah bekerja keras sepanjang tahun ini untuk terus meningkatkan kualitas dan merayakan luar biasanya film Indonesia,” imbuhnya.

Pendaftaran FFI 2025 telah ditutup pada 31 Agustus lalu, menerima total 794 karya, termasuk peningkatan signifikan, terutama pada kategori Kritik Film yang naik 2 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Ario Bayu, Ketua Umum FFI 2025, menyampaikan optimismenya, “Melihat perkembangan perfilman Indonesia dalam setahun terakhir benar-benar membanggakan. Kita menyaksikan peningkatan kualitas luar biasa, baik dari segi cerita maupun teknis, dan hadirnya keberagaman genre. Saya berharap FFI tahun ini menjadi momen selebrasi sekaligus refleksi bahwa kita sedang berada di jalur yang tepat menuju industri film yang makin kuat, inklusif, dan berdaya saing di kancah global.”

Komite FFI 2025 telah melakukan penyempurnaan sistem penjurian,
yang kini melibatkan kolaborasi yang lebih terukur. Tahap penentuan 16 film rekomendasi dilakukan oleh 80 anggota Akademi Citra, yang terdiri dari sineas pemenang Piala Citra FFI. Selanjutnya, penentuan nominasi untuk 17 kategori dilakukan oleh 13 Asosiasi Profesi Perfilman. Proses penjurian tahap akhir yang dilakukan oleh para Dewan Juri Akhir dilakukan secara offline di bioskop atas dukungan Cinema XXI.

“Cinema XXI dengan bangga tahun ini dapat kembali melanjutkan dukungannya untuk penyelenggaraan kegiatan FFI. Dukungan ini selaras dengan komitmen kami dalam mengapresiasi para insan perfilman Indonesia serta karya-karya mereka yang beragam, inovatif, dan inspiratif. Selamat atas penyelenggaraan FFI 2025. Semoga festival ini kian memperkuat dan memperkaya ekosistem perfilman Indonesia secara berkelanjutan,” ujar Corporate Secretary Cinema XXI Indah Tri Wahyuni.

Dalam kesempatan ini, Komite FFI 2025 juga mengumumkan para anggota Dewan Juri Akhir (DJA). DJA kategori Film Cerita Panjang beranggotakan Allan Sebastian (pengarah artistik), Cesa David
Luckmansyah (penyunting gambar), Dewi Umaya (produser), Nungki Kusumastuti (pemeran dan budayawan), Nurman Hakim (akademisi dan sutradara), Salman Aristo (sutradara dan penulis skenario), Titi Radjo Padmadja (penata musik dan pemeran), Whani Darmawan (pemeran), dan Yunus Pasolang, I.C.S. (sinematografer).

Sementara DJA Film Cerita Pendek adalah Bayu Prihantoro (sutradara dan sinematografer), Melanie Budianta (akademisi), dan Pritagita Arianegara (sutradara). Pada DJA kategori Film Animasi terdiri dari Faza Ibnu Ubaydillah Salman atau yang lebih dikenal dengan (creativepreneur), Sally Wongso (storyboard artist dan sutradara), dan Yudhatama (animator).

DJA kategori Film Dokumenter adalah Amelia Hapsari (sutradara), Lola Amaria (pemeran, produser, dan sutradara), dan Risa Permanadeli (akademisi). Pada DJA Karya Kritik Film, terdiri dari Agustina Kusuma Dewi (dosen), Hariyadi (dosen), dan Lala Palupi Santyaputri (akademisi). Serta Dewan Pengabdian Seumur Hidup
Untuk Film beranggotakan Budiyati Abiyoga (produser), JB Kristanto (wartawan dan pengamat film) dan Imam Tantowi (sutradara).

Para Dewan Juri Akhir (DJA) FFI 2025 mewakili dari berbagai unsur ekosistem perfilman mulai dari produser, pemeran, komposer, sinematografer, editor, seniman, hingga akademisi dan pengajar film.

Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian FFI 2025, menjelaskan pentingnya perubahan ini diharapkan mampu menghasilkan penilaian yang lebih tajam, terukur, berbasis kepakaran serta menjunjung prinsip meritokrasi.

“Mengkombinasikan penilaian kualitatif lewat diskusi yang intens dan kuantitatif lewat voting dan scoring mampu menghasilkan nomine yang berbobot sekaligus bisa menjadi penanda capaian penting sinema Indonesia,” ujarnya.

Guna memastikan semangat ‘Puspawarna Sinema Indonesia’ menjangkau seluruh pelosok negeri dan menginspirasi sineas muda, Komite FFI 2025 telah menyusun program-program aktivasi yang lebih merata. Prilly Latuconsina, selaku Ketua Bidang Program FFI 2025, menjelaskan perbedaan pendekatan Road to FFI tahun ini yang berfokus pada kolaborasi lokal, “Kalau tahun lalu kami keliling kampus, tahun ini kami akan berkeliling ke festival-festival lokal di berbagai daerah. Kami ingin menginspirasi anak-anak muda agar semakin yakin untuk terjun ke industri film dan membuka jalan bagi generasi muda Indonesia untuk terus berkarya.”

FFI 2025 dengan tema ‘Puspawarna Sinema Indonesia’ adalah perayaan keberagaman yang menjadi kekuatan utama film nasional. Dari 794 karya yang mendaftar, para nomine yang terpilih
mencerminkan kemajuan teknis, eksplorasi tematik, dan  lahirnya generasi baru sinema Indonesia.

Dengan semangat kolaborasi dan
sistem penjurian yang diperkuat, FFI tidak hanya memberikan penghargaan tertinggi tetapi juga mengukuhkan film Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan yang berdaya saing di tingkat global.

Sampai bertemu di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2025, 20 November mendatang, untuk menyaksikan puncak apresiasi tertinggi bagi insan perfilman tanah air. Malam Anugerah Piala Citra FFI 2025 akan disiarkan langsung melalui akun YouTube Festival Film
Indonesia, Kemenbud RI dan Indonesiana TV. (FA)