Ekonomi digital Indonesia diperkirakan bernilai $133 miliar pada tahun 2025. Pandemi ini mempercepat tren global menuju lebih banyak konektivitas digital, lebih banyak kerja jarak jauh, dan lebih banyak bisnis mikro dengan kurang dari 10 karyawan. Dengan populasinya yang muda dan besar, pemanfaatan digital yang tinggi, dan tradisi bisnis kecil yang dijalankan keluarga Indonesia berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan ekonomi digital sepenuhnya, namun hambatan tetap ada.
Pertama, tantangan Indonesia sebagai negara yang begitu besar, dan kebutuhan untuk menjangkau jauh melampaui Jakarta dan Jawa ke seluruh Indonesia. Kedua, hambatan akses yang semakin mempersulit komunitas dan masyarakat marginal untuk mengikuti ekonomi digital.
Pada tantangan pertama, dunia digital Indonesia semakin pesat, tetapi masih terpusat di Jawa dan Jakarta. Memiliki kemampuan untuk terhubung dan berpartisipasi dalam ekonomi digital dapat memberikan dampak yang lebih besar di daerah-daerah terpencil dengan populasi yang lebih sedikit, misalnya Indonesia Tengah dan Timur. Pandemi juga telah meningkatkan manfaat yang dapat diperoleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dari online dan dapat memperlebar ketimpangan jika tidak segera diambil tindakan untuk membantu bisnis lain agar dapat online. Misalnya, pada tahun 2021 e-commerce meningkat dua kali lipat dari tahun 2020 berdasarkan laporan dari Google dan Bain & Company; mendorong 16% bisnis untuk memasuki lanskap digital, menurut INS.
Pada tantangan kedua, perempuan, anak muda, dan masyarakat serta komunitas marginal, misalnya penyandang disabilitas, menghadapi kesulitan lebih untuk memasuki ekosistem digital. Baik itu kesulitan mendapatkan kredit, membuktikan keterampilan bisnis dan kewirausahaan mereka, atau online – beberapa membutuhkan uluran tangan terlebih dahulu, sebelum mereka dapat berdiri sendiri dan mulai menciptakan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.
Inggris mendanai program baru yang dijalankan melalui ‘UK-Indonesia Tech Hub’ Kedutaan Besar Inggris di Jakarta untuk mengatasi tantangan ini. Inggris bermitra dengan Archipelagic & Island States Forum (AIS Forum) dan United Nations Development Program (UNDP) untuk menyampaikan program baru melalui KUMPUL pembangun ekosistem startup Indonesia, dan Yayasan Semesta Nusantara sebuah LSM yang berfokus pada praktik berkelanjutan dan sosial dampak. Inggris mendanai pekerjaan untuk membuat program pengembangan kapasitas hybrid (virtual & offline) yang disebut ESSENCE bagi lebih dari seribu penerima manfaat di Indonesia untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mereka di wilayah pesisir Indonesia dengan pelatihan pengembangan bisnis.
Program ESSENCE bertujuan untuk membantu perempuan, anak muda, penyandang disabilitas terpinggirkan dan pemilik usaha UMKM rentan lainnya di Indonesia Tengah dan Timur untuk meningkatkan kemampuan bisnis dan digital mereka melalui inovasi digital. Ini akan menguntungkan mereka secara pribadi dengan mendorong mereka untuk mentransformasikan bisnis mereka secara digital agar tumbuh, dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan seperti bisnis ini tumbuh dan menciptakan kekayaan, kesejahteraan, dan perdagangan.
Lebih dari 1000 peserta terpilih akan mendapatkan pelatihan, pendampingan dan pemantauan di bidang akuntansi dasar, manajemen keuangan, pemasaran digital, media promosi, strategi membangun merek dan sertifikasi untuk membantu mereka meningkatkan skala bisnis mereka melalui transformasi digital, dari enam ahli yang berbeda dengan pengetahuan di bidang bisnis digital.
“Bisnis, seperti kita semua, harus menyesuaikan diri dengan New Normal. Memberdayakan komunitas terpencil, perempuan dan kelompok terpinggirkan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi digital bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi salah satu langkah terbaik yang dapat diambil untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bagi semua. Kami berharap Inggris dapat mendukung transformasi digital Indonesia melalui program seperti ESSENCE. Program ini dirancang untuk membekali para penerima manfaat dengan dasar-dasar literasi digital, sehingga mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menciptakan penghidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat. Ini adalah salah satu dari banyak program yang telah kami jalankan sejak Maret 2020 dari Kedutaan Besar Inggris untuk mendukung start-up, sektor teknologi, pengusaha, dan bisnis mikro Indonesia; yang kami harap akan memperkuat persahabatan dan perdagangan Inggris dan Indonesia dalam jangka panjang,” ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins dalam keterangan tertulisnya Kamis (25/11/2021).
Representatif Residen UNDP Norimasa Shimomura mengatakan dapat mendukung UMKM yang terpinggirkan yang tinggal di wilayah pesisir di Indonesia untuk lebih cerdas digital.
“Kita juga memiliki peluang besar untuk mengubah jalur pemulihan kita menjadi model bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pelatihan ini sangat berharga bagi mereka yang ingin sukses di dunia bisnis masa depan,” ujar Norimasa.
Direktur Eksekutif Kumpul Faye Scarlet Alund mengungkapkan tantangan utama bagi pengusaha di Indonesia, terutama bagi perempuan dan penyandang disabilitas, adalah akses. Akses untuk bergabung dengan program yang mendukung, pengembangan kapasitas, jaringan, dan ekosistem.
“Keterbatasan akses diperburuk oleh tantangan geografis. Terutama yang berada di Indonesia bagian tengah dan timur. Kami berharap program ini dapat membuktikan bahwa perempuan pengusaha dan penyandang disabilitas dapat memaksimalkan keterampilan dan pengetahuan mereka dengan akses dan pendampingan yang tepat,” pungkas Faye Scarlet.
Comment