by

Belasan Peternak Muda Ke Belanda, Gali Ilmu Untuk Manajemen Peternakan Yang Berkelanjutan

Berdasarkan data terkini menyebutkan sebaran tertinggi usia peternak sapi perah adalah 50-55 tahun. Kondisi ini tentunya akan mengancam masa depan peternakan sapi perah dan industri susu nasional. Isu regenerasi peternak sekaligus meningkatkan produktivitas serta kualitas susu yang dihasilkan serta pengembangan bisnis mereka dari skala kecil ke menengah memerlukan upaya bersama sebagai bentuk dukungan kepada para peternak sapi perah Indonesia.

Terkait itu, PT Frisian Flag Indonesia (FFI) telah mengundang 12 peternak muda yang memenangi program Young Progressive Farmer Academy (YPFA) untuk mengikuti pelatihan di Belanda di akhir September lalu.

Kabarnya, keduabelas pemenang ini diseleksi dari 36 finalis yang terpilih business plan-nya dari 101 proposal yang dikirimkan peserta. Ada 30 peternak pria dan 6 peternak wanita yang masuk ke babak final, berasal dari 14 kabupaten di 3 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

“Kunjungan ke peternakan di Belanda adalah salah satu pendorong semangat yang kami berikan kepada para peternak muda pemenang dalam YPFA 2023. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilmu dan mempelajari praktik peternakan berkelanjutan terbaik di dunia yang telah dijalankan oleh para peternak di Belanda. Pengalaman ini diharapkan dapat menjadi penyemangat pemenang untuk meningkatkan pengelolaan peternakan sapi milikinya menjadi lebih baik dan mengembangkannya sehingga tidak hanya jumlah populasi yang bertambah, tapi hasil susu perah semakin berkualitas sehingga pendapatan juga bertambah besar,” Jelas Akhmad Salwadi, Dairy Development and Project FDOV Manager PT Frisian Flag Indonesia dalam keterangan tertulisnya Kamis (12/10/2023).

“Selama hampir dua pekan, keduabelas peternak muda dibagi dalam tiga kelompok dan tinggal bersama keluarga di tiga peternakan Belanda yang berbeda,” imbuhnya.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Peternakan Tri Melasari yang juga mengunjungi peternakan Belanda menilai bahwa kunjungan ini sangat positif dan memberi perspektif yang lebih luas tentang profesi peternak.

“Peternakan di Belanda sudah sangat maju dan secara optimal memanfaatkan teknologi. Peternak-peternak muda pemenang YPFA dapat mengambil hal-hal positif yang dipelajari di Belanda, menerapkan teknologi yang dapat diterapkan di peternakannya sendiri dan berbagi dengan para peternak lainnya. Peternak sapi perah adalah profesi penting yang dapat membantu meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk kemudian menghasilkan produk-produk yang bergizi bagi masyarakat,” ungkapnya.

Para pemenang Young Progressive Farmer Academy (YPFA) juga sangat antusias tentang pengalamannya mempelajari praktik peternakan terbaik ini.

Kristianti (23 tahun), Ibu muda sekaligus anggota KPSBU Lembang, Jawa Barat ini sudah beternak sapi perah lebih dari 5 tahun. Sehari-hari ia berbagi peran dengan suaminya dalam mengurus 13 ekor sapi ternaknya, “Banyak hal yang saya pelajari di peternakan Jos di Belanda ini. Kalau saya dan suami berdua mengurus 9 ekor sapi laktasi dan 4 ekor anakan, Jos ternyata mampu bekerja dengan istri dan anaknya untuk mengelola >200 ekor sapi perah dan lahan peternakan. Saya belajar bagaimana disiplin dan kecermatan dalam mengelola pekerjaan sehari-hari di kandang dapat membantu kita bisa bekerja dengan lebih efisien. Saya sudah tidak sabar berbagi dengan suami dan peternak lainnya di tanah air.”

Lain cerita dari Mirza Azmi (29 tahun), peternak yang bergabung di koperasi Rukun Santoso di Jawa Timur ini sudah beternak sapi perah kurang dari lima tahun dan memiliki total 18 ekor sapi perah, terdiri dari 12 ekor sapi laktasi dan 6 ekor anakan. Peternakannya berjalan di lahan sewaan seluas 10.000m2 dengan luas lahan kandang 1.600m2.

“Keterlibatan saya di dunia peternakan sapi perah karena saya percaya industri ini punya potensi yang sangat besar, tapi anak muda jarang meliriknya. Buat saya ini kesempatan, karena kebutuhan susu sapi segar di dalam negeri masih sangat tinggi dan saya bisa memanfaatkan situasi ini. Apa yang saya dapat di Belanda sangat bermanfaat dan bahwa kita juga bisa membangun peternakan yang berkelanjutan. Kami mendapat ilmu pengetahuan baru mulai dari kebiasaan baik kecil hingga inovasi sederhana untuk dapat diterapkan sehingga semakin semakin percaya diri menggunakan teknologi untuk mendukung operasional peternakan.”

Lulusan ITB ini sudah melengkapi fasilitas peternakannya dengan chopper untuk penyediaan pakan dan pakan hijauan sudah menggunakan silase. Kotoran ternak kemudian ia olah menjadi kompos agar lebih ramah lingkungan.

Sebagai perusahaan induk FFI, FrieslandCampina adalah salah satu perusahaan susu terbesar di dunia yang juga merupakan koperasi yang dimiliki oleh belasan ribu peternak di Belanda, Belgia, dan Jerman dengan keahlian peternakan dan pengolahan susu sapi lebih dari 150 tahun. Misi FrieslandCampina tidak hanya berfokus pada penyediaan nutrisi terbaik bagi konsumen melalui produk-produk berbasis susu bergizi seperti susu, keju, dan nutrisi anak, tetapi juga untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi peternak sapi perah lokal melalui kemitraan dan program edukasi yang berkelanjutan.

“Tentu sejalan dengan perusahaan induk, FFI dengan merek FRISIAN FLAG® yang telah hadir lebih dari 100 tahun dan hingga kini tetap menjadi merek favorit konsumen memiliki visi Nourishing Indonesia to Progress. Melalui komitmennya, FFI turut aktif berkontribusi kepada kemajuan bangsa dalam menyediakan produk-produk bergizi bagi jutaan keluarga Indonesia, mendukung mitra peternak dalam peningkatan kesejahteraan melalui berbagai macam program salah satunya program YPFA ini, serta beroperasi secara berkelanjutan untuk bentuk Indonesia yang lebih Sehat , Sejahtera, dan Selaras,” tutup Corporate Communications Manager Frisian Flag Indonesia, Fetti Fadliah. (FA)