Tingkat partisipasi generasi muda dalam ranah pertanian tergolong masih rendah. Sebagai gambaran, petani di Amerika Serikat dan Afrika rata-rata berusia 60 tahun. Sementara di kawasan Asia, rerata umur petani Filipina pada kisaran 57 tahun, Thailand 54 tahun, dan Jepang bahkan 66 tahun.
Menangkap fenomena tersebut, Bayer perusahaan global terkemuka di bidang kesehatan dan pertanian, menguatkan perannya untuk meningkatkan partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian. Salah satunya, dengan mendukung International Conference of Youth in Agriculture (ICYA) 2024 yang berlangsung di Yogyakarta pada 22-25 Februari 2024 – menjadi penyelenggaraan pertama di Indonesia!
ICYA merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS), organisasi mahasiswa terbesar di dunia di bidang pertanian dan ilmu terkait. Bayer telah berkomitmen mendukung IAAS dengan inisiatif-inisiatifnya, termasuk ICYA, sejak 2021.
“Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di seluruh dunia. Meskipun perannya sangat penting, tingkat partisipasi pemuda masih rendah, sedangkan rata-rata usia petani justru semakin menua. Bayer menyadari kebutuhan mendesak untuk melibatkan generasi muda dalam sektor ini guna mendorong inovasi, memperkuat sistem pangan lokal, memberikan kecukupan pangan masyarakat, dan menyediakan peluang kerja yang menguntungkan,” ujar Nele Herrmann Valente selaku NextGen Agricultural Leaders Lead, Bayer Crop Science dalam keterangan tertulisnya Minggu (25/2/2024).
Menurutnya, ia merasa yakin bahwa generasi muda adalah masa depan pertanian.
“Kami percaya generasi muda mempunyai ide dan pendekatan tersendiri terhadap berbagai isu besar global, seperti perubahan iklim, transformasi sistem pangan, dan ketahanan pangan yang erat kaitannya dengan pertanian. Satu cara menjangkau generasi muda adalah melalui kolaborasi – menjadi mitra yang sejajar bagi mereka,” imbuhnya.
Kemitraan sejajar ini salah satunya diimplementasikan melalui kolaborasi bersama IAAS untuk menjangkau generasi muda seluas mungkin. IAAS memiliki lebih dari 10.000 anggota di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 50 negara. Di Indonesia, keanggotaan IAAS mencapai 1.000 mahasiswa. ICYA sebagai salah satu ajang reguler ICYA bukan hanya sebuah konferensi, tetapi juga merupakan platform yang mendorong partisipasi aktif generasi muda untuk merespons isu-isu krusial terkait pertanian.
Secara kolaboratif peserta ICYA didorong untuk menghasilkan gagasan solusi yang membangun (bahkan merevolusi) pertanian dalam bentuk position paper. Lebih lanjut, hasil konferensi akan dibawa ke platform yang lebih besar sebagai suara generasi muda, termasuk di hadapan organisasi-organisasi utama global, seperti Food Agriculture Organization (FAO) dan World Food Forum.
Pada penyelenggaraan kali ini di Yogyakarta, ICYA 2024 mengangkat tema besar: “Youth-Led Solutions for Zero Hunger: Nurturing a Sustainable Future through Agriculture,” yang melibatkan 91 mahasiswa dari 11 negara.
“Kami mengapresiasi dukungan Bayer kepada generasi muda di ranah pertanian selama ini. Melalui ICYA 2024, para muda di bidang pertanian diharapkan lebih berdaya untuk berkontribusi mewujudkan kelaparan nihil pada 2030 mendatang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang ditargetkan PBB,” tukas Gilmore Ginting, National Director of IAAS Indonesia, sebagai pelaksana ICYA 2024.
Perhatian Bayer pada peningkatan pertanian dunia secara nyata tertegaskan melalui komitmennya untuk mendukung 100 juta petani lahan kecil di negara-negara berkembang – ditargetkan tercapai pada 2030. Khusus di Indonesia, Bayer menargetkan 4 juta petani lahan kecil.
Untuk mewujudkannya, Bayer juga mengedepankan kolaborasi untuk menciptakan perubahan yang berdampak. Sejak 2018, Bayer secara aktif membangun ekosistem Better Life Farming (BLF) yang memfasilitasi kolaborasi antara mitra swasta dan pemerintah guna meningkatkan penghidupan petani kecil di pedesaan. Saat ini, sudah lebih dari 2.700 Better Life Farming Centers (BFLC) beroperasi di seluruh dunia, yang melibatkan lebih dari 30 mitra. Berupa kios-agro pintar, BLFC, merupakan bagian dari ekosistem pendukung pertanian yang Bayer bangun untuk memudahkan petani setempat dalam mengakses teknologi pertanian, serta menjamin keterlibatan mereka dalam mata rantai nilai pertanian.
Di Indonesia, sejak perdana diluncurkan pada 2020, 644 BLFC (22 persen di antaranya dikelola agripreneur/pengusaha tani perempuan) telah berhasil dikembangkan dan memberi dampak pada 440.000 petani lahan kecil di 15 provinsi – yang meliputi 15 persen petani perempuan). Dampaknya, produktivitas pertanian dari penerima manfaat rata-rata meningkat hingga 20 persen, bahkan menaikkan pendapatan hingga 30 persen.
Dari sisi teknologi, Bayer mengembangkan teknologi-teknologi yang membantu dari segi produktivitas dan efisiensi, antara lain memproduksi benih bioteknologi, produk perlindungan tanaman, dan penggunaan digital farming. Bayer memfasilitasi drone untuk membantu petani menyemprotkan pestisida secara efisien. Menyederhanakan pekerjaan petani, drone penyemprot pestisida ini mengurangi waktu penyemprotan 1 hektar lahan dari 4-8 jam menjadi hanya 15-20 menit.
“Dengan berbagai inisiatif kolaboratif dan melalui pengembangan teknologi di sektor pertanian, Bayer bertekad untuk memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan para petani kecil dan keluarganya. Tak hanya itu, secara bersamaan, upaya ini juga mampu membangkitkan semangat serta antusiasme para generasi muda – yang memiliki ketertarikan tinggi pada inovasi dan teknologi – dalam mendorong perubahan positif di sektor pertanian,” tegas Laksmi Prasvita selaku Head of Communications, Public Affairs, Science & Sustainability, Bayer Indonesia.
Pengalaman Bayer menjalankan inisiatif-inisiatif tersebut dibagikan kepada seluruh peserta ICYA 2024 dalam sesi workshop khusus – sekaligus sebagai wadah pemaparan kepemimpinan Bayer lainnya di ranah pertanian, yakni bioteknologi.
Peserta ICYA 2024 juga berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas Bayer JUARA (Juwiring Agriculture Research and Academy) di Juwiring, Klaten, Jawa Tengah. Pusat riset dan pengembangan (research and development/R&D) pertanian ini merupakan yang pertama dan terbesar milik Bayer di Indonesia. Berluas 9 hektar di Desa Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Bayer JUARA merupakan pusat R&D terbesar kedua Bayer di Asia Tenggara, yang diharapkan bisa menjalankan hingga 200 uji coba teknologi pertanian per tahun.
Melalui Bayer JUARA, Bayer menjalin kolaborasi yang kuat dengan institusi akademis untuk mendorong partisipasi generasi muda dalam berinovasi. Bayer telah menginisiasi kolaborasi dengan lembaga pendidikan ternama: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret, Solo. Melalui inisiatif ini, Bayer memperkuat intensinya untuk menghadirkan solusi yang bisa mengakomodir kolaborasi dan teknologi, khususnya bersama generasi muda.
“Melalui partisipasi aktif dalam acara-acara seperti ICYA yang diselenggarakan oleh IAAS, Bayer berharap dapat membuka komunikasi dan membangun jaringan dengan pemuda-pemuda yang menjadi pemimpin masa depan dalam industri pertanian. Kehadiran mereka di garis depan inovasi dan transformasi akan menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai keberlanjutan dan kemajuan dalam pertanian global,” tutup Laksmi Prasvita. (FA)