Ginjal sebagai organ terpenting dalam tubuh manusia yang berfungsi salah satunya untuk membersihkan darah dari senyawa beracun pada tubuh sebelum akhirnya dialirkan ke seluruh tubuh. Setelah itu, segala hal yang perlu dibuang tersebut kemudian dikeluarkan melalui urin.
Terkait itu, bertepatan dengan peringatan Hari Ginjal Sedunia 2025 dengan tema: Sehatkah Ginjal Anda?, Bayer ajak masyarakat khususnya pasien Diabetes Tipe 2 memahami pentingnya deteksi dini kesehatan ginjalnya agar terhindar dari Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yang dapat menyebabkan dialisis (cuci darah) dan transplantasi ginjal.
Saat ini, PGK masih menjadi tantangan kesehatan global. Diperkirakan lebih dari 800 juta orang di dunia – atau lebih dari 10% populasi global – mengalami PGK. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebut prevalensi PGK mencapai 0,38% atau 3,8 orang per 1000 penduduk.
Pada 2040 mendatang, PGK diproyeksi menjadi penyebab kematian terbanyak kelima secara global. Terlebih, banyak penyandang baru menyadari bahwa mereka terjangkit PGK ketika sudah mencapai tahap lanjut . Penderita Diabetes Tipe 2 berpotensi mengalami PGK jika tidak mendapatkan terapi yang tepat sejak dini. Kesadaran mengenai PGK serta kualitas penanganan penyakit ini semakin urgen untuk ditingkatkan. Deteksi dini berperan kunci. Memahami situasi tersebut, Bayer – perusahaan global dengan kompetensi di bidang kesehatan dan pertanian terkemuka, menggelar sesi diskusi kesehatan mengenai pentingnya deteksi dini dan perlindungan kesehatan ginjal.
Riaz Buksh, Country Division Head Bayer Pharmaceuticals Indonesia, Malaysia, Singapura Cluster menuturkan dirinya percaya bahwa kesehatan ginjal menjadi prioritas bagi setiap individu. Peringatan Hari Ginjal Sedunia menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi PGK sedini mungkin serta pengobatan yang tepat bagi pasien PGK, khususnya pasien Diabetes Tipe 2, guna mencegah progresi penyakit menuju gagal ginjal.
“Sejalan dengan visi Bayer – Health for All, Hunger for None -kami berkomitmen untuk terus menghadirkan obat-obat inovatif untuk membantu Dokter dan pasien. Selain itu kami terus mendukung edukasi kesehatan bagi masyarakat agar lebih banyak individu dapat menjaga kesehatan ginjalnya dan meningkatkan kualitas hidup,” ucap Riaz Buksh diacara Bukber Ramadan bersama Media saat ditemui di Hotel Mulia Senayan Jakarta Kamis (13/3/2025).
PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal 3 bulan, dengan dampak pada kesehatan,walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan. Namun PGK akan berlanjut terus dan sifatnya progresif. Perkembangan PGK dapat diprediksi melalui tingkat Laju Filtrasi Glomerulus (LFG= Glumerulo Filtration Rate (GFR) dan pengukuran rasio albumin dan kreatinin di dalam urin (UACR). Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan Diabetes Tipe 2, dengan sekitar 40% diantaranya mengalami komplikasi PGK ini. Sayangnya, banyak penyandangnya tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami PGK hingga sudah mencapai tahapan lanjut .
dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, menjelaskan ada 5 tahap PGK.
Menurutnya, banyak pasien yang baru mengetahui kondisi mereka ketika ginjalnya sudah mengalami kerusakan signifikan (tahap 4 – 5).
“Padahal, jika dideteksi dan ditangani lebih awal, risiko progresi ke gagal ginjal bisa dikurangi. Faktanya, hingga 80% kasus PGK sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diperlambat dengan intervensi yang tepat,” jelas dr. Tunggul D. Situmorang.
Dia menambahkan, pentingnya memiliki kesadaran tentang deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal, dengan secara mudah dan sederhana memeriksa urin (UACR) dan darah (ureum, kreatinin). Sebab, masih banyak pasien diabetes tipe 2 yang belum menyadari bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun. Ditekankan bahwa pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kreatinin darah dan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) menjadi upaya penting untuk mendeteksi adanya PGK sejak dini.
“Selain deteksi dini, pendekatan pengobatan yang komprehensif juga dibutuhkan untuk mencegah PGK. Pengobatan standar PGK yaitu mengendalikan faktor-faktor resiko/penyebabnya meliputi pengaturan diet/asupan makanan (metabolik) dan pengendalian Tekanan Darah (hemodinamik). Perkembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan telah menghadirkan berbagai solusi inovatif yang dapat membantu memperlambat progresi PGK, terutama pada pasien Diabetes Tipe 2,” imbuhnya.
Lebih jauh, dr. Tunggul menjelaskan lebih lanjut bahwa Finerenone, sebagai terapi obat inovatif, dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperlambat progresi PGK pada pasien Diabetes Tipe 2, dengan cara menghambat reseptor mineralokortikoid. Aktivasi berlebih dari reseptor ini diketahui berkontribusi terhadap peradangan dan fibrosis (kerusakan) ginjal, yang mempercepat perkembangan PGK. Dengan menghambat proses tersebut, Finerenone membantu menghambat inflamasi dan fibrosis (kerusakan) yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal. Studi juga menunjukkan bahwa terapi ini secara efektif menurunkan kadar albumin dalam urin sebesar 31% dalam 4 bulan sehingga dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap perlindungan ginjal .
Berdasarkan penelitian American Society of Nephrology (ASN) Kidney Week 2021, terapi obat dengan Finerenone menunjukkan penurunan risiko progresi PGK pada pasien Diabetes tipe 2 serta mampu menurunkan risiko kejadian dialisis sebesar 36%.
Pedoman klinis internasional terbaru untuk manajemen PGK dengan Diabetes tipe 2 seperti ADA, KDIGO, AACE, dan ESC merekomendasikan kombinasi terapi obat dengan Finerenone untuk mengurangi risiko secara optimal sebagai salah satu pilar pengobatan utama. Finerenone dari Bayer adalah Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui Badan POM untuk PGK (dengan albuminuria) yang berhubungan dengan Diabetes tipe 2 pada orang dewasa. (FA)