Industri musik yang terus bergerak dinamis membuat keberhasilan seorang artis atau musisi tidak hanya bersandar pada talenta dan persona yang mereka miliki, tetapi juga melibatkan sejumlah profesi; mulai dari manajer artis, label, promotor bahkan media.
Namun di luar semua itu, salah satu kunci kesuksesan para artis dan musisi adalah para fans yang mengapresiasi karya mereka. Bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa ‘seorang bintang bukan siapa-siapa tanpa penggemar.
Seiring dengan digitalisasi industri musik, Resso, aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, baru-baru ini menyelenggarakan diskusi yang menyoroti sinergi artis dan fansnya di era digital dalam ‘Breakfast with Resso (BwR)’ seri kelima.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi telah mengubah relasi antara artis dan fans, tidak hanya pada pengelolaan atau manajemen fans tetapi juga cara berinteraksi, antara artis dan fans yang saling mengapresiasi.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid, PhD dalam sambutan melalui rekaman video menyampaikan dukungan beliau atas penyelenggaraan diskusi ini.
“Dengan berkembang pesatnya teknologi digital, ada banyak sekali perubahan di dalam produksi, konsumsi dan juga distribusi musik dan platform yang dibentuk. Hubungan antara musisi dengan fans juga sedang mengalami transformasi, dan kita bisa menyaksikan banyak fenomena baru; bagaimana musisi dan seniman secara umum melalui platform digital ini mampu memobilisasi para penonton atau fansnya ini untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan keseniannya. Saya kira ini satu hal yang sangat menarik, dan tentu juga punya potensi yang luar biasa namun belum terpetakan dengan baik. Saya harap dalam diskusi ini, kita mulai bisa menandai di mana saja perkembangannya dan ke mana arahnya. Sebagai Kementerian yang bekerja khususnya dalam urusan penguatan karakter bangsa, kami juga bisa belajar dari hubungan antara musisi dan fans di platform digital ini,” jelas Hilmar Farid dalam keterangan resminya Rabu (6/4/2022).
Sementara itu, BwR yang diselenggarakan secara luring kali ini menghadirkan Denison Wicaksono, Staf Kelompok Kerja Festival, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI; Tiur Tobing, Manajer Bisnis untuk Tiga Dua Satu dan TulusCompany; Musisi/Artis Endah Widiastuti, bersama Manajer Rendi Raditya, dari Endah N Rhesa; Kukuh Rizal Arfianto, Co-Founder & Director Sun Eater, perusahaan label independen yang memayungi band/artis baru seperti Feast, Hindia, Agatha Priscilia, Aldrian Risjad, Mantra Vutura, Rayhan Noor dan Lomba Sihir; Noor Kamil, Co-Founder & VP Digital Marketing Maspam Company; Matthew Tanaya, Artists Promotion Lead Resso Indonesia; serta Gembira Agam, Artist and Label Promotion Resso Indonesia. Hadir memimpin dan memoderasi diskusi adalah pemerhati musik sekaligus penulis Wendi Putranto.
Simak bagaimana musisi dapat memperkaya, mendalami, dan memperkuat hubungan mereka dengan penggemar dan komunitasnya, seperti yang terungkap pada hasil diskusi Breakfast with Resso – “Membangun Sinergi Antara Artis dan Fans” berikut ini.
Makna & Kualitas Fans
Sejak dulu, makna penggemar atau fans ternyata sudah diapresiasi lebih jauh oleh para artis atau pun manajemen artis. Perlakuan terhadap fans bukan lagi semata sebagai pasar atau obyek. Keberadaan platform digital dan media sosial yang terkoneksi setiap saat membuat waktu dan jarak tidak lagi menjadi halangan bagi artis dan fans untuk berinteraksi.
Hal ini diamini oleh Endah Widiastuti yang sangat mengutamakan bagaimana duo Endah N Rhesa dapat memperlakukan fans sebagai partner -dan bukan pasar semata- dengan membentuk komunitas EAR (Endah And Rhesa) Friends.
“Harus ada visi yang sama, kegiatan interaktif yang memungkinkan fans untuk mengenal musisi, bagaimana kehidupan bermusik musisi yang membuat fans bisa mengapresiasi karya. We share more than just music,” kata Endah.
Pelibatan fans dalam banyak hal terkait kesuksesan musisi/artis ternyata memainkan peran penting.
“Bagi Sun Eater, bagaimana fans berinteraksi dengan artis sangat penting. Fans adalah salah satu pilar bisnis, karena pertama, mereka merupakan grup organik, dan yang kedua, adanya fans fanatic approach, semua selalu dimulai dari fans. Makanya, tidak ada marketing plan yang sama untuk artis-artis kami,” tutur Kukuh Rizal Arfianto yang mengakui bahwa Disney memberikan inspirasi untuk cara mereka memberikan experience bagi fans band/artis yang dimilikinya.
Tiga Dua Satu dan TulusCompany bahkan telah memasukkan TemanTulus dan TemanDere sebagai bagian dari struktur organisasi manajemen. Menurut Tiur Tobing, “Kami melibatkan perwakilan TemanTulus dan TemanDere dalam proses brainstorming untuk menentukan aktivitas yang cocok bagi komunitas (fan based), khususnya untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Hal ini banyak menghemat waktu kami dan tentunya tepat sasaran.”
Selanjutnya, dapat memenuhi keinginan fans merupakan satu hal, tetapi tentunya, para artis dan manajemen artis juga memiliki harapan terhadap para fansnya. Kualitas fans yang berbeda-beda tidak lepas dari pengetahuan dan pemahaman mereka atas apresiasi seni.
Hal ini diutarakan oleh Denison Wicaksono yang mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
“Hal mendasar dalam hubungan antara musisi dan fans adalah apresiasi, dan hal ini memang diajarkan dalam kurikulum pendidikan musik di sekolah. Seiring perkembangan waktu dan teknologi, memang diperlukan adanya pengayaan kurikulum musik, dan ini yang sedang kami lakukan. Masukan dari para praktisi di bidang musik tentunya sangat kami butuhkan untuk membuat kurikulum pendidikan musik menjadi lebih baik lagi,” kata Denison.
Denison juga melihat bahwa peran artis atau musisi sudah merambah sebagai influencer bagi masyarakat dengan memanfaatkan popularitas, jumlah dan relasi mereka dengan fansnya. Seperti yang dilakukan oleh Kemendikbudristek bersama Slank untuk mensosialisasikan program ‘Merdeka Belajar’.
Terkait dengan kualitas fans yang diharapkan, Asana Tiur Tobing melanjutkan, “Tulus memiliki perhatian pada masalah edukasi dan lingkungan, dan kami ingin agar visi dan misi musisi juga diadopsi oleh para TemanTulus, sehingga nantinya dapat memberikan dampak yang lebih luas lagi. Selain, tentunya, menginspirasi para fans.”
Rendi Raditya menambahkan, “Perlu untuk terus mengedukasi fans dengan misi visi musisinya agar bisa berjalan bersama. Tugas kami adalah bagaimana memastikan karya musik Endah N Rhesa dapat terus relevan bagi fans yang sudah ada dan mereka yang berpotensi menjadi fansnya.”
Cara fans berinteraksi dengan Pamungkas dan lagu-lagunya merupakan hal penting untuk diamati bagi Noor Kamil.
“Fans ideal itu adalah saat mereka menjadi superfans. Tidak hanya mereka menikmati lagu-lagu yang di-streaming melalui aplikasi, tetapi mereka juga membeli rilis fisik, merchandise, dan tiket untuk hadir di konser,” jelasnya.
Menjembatani Artis dan Fans
Dalam berkomunikasi dengan fans, ternyata kemudahan dan transparansi untuk beinteraksi sangat dibutuhkan, khususnya di era digital saat ini. Hal ini yang memang dicoba untuk difasilitasi Resso, sebagai aplikasi streaming musik yang memasukkan fitur sosial di dalamnya.
Matthew Tanaya menjelaskan, “Resso sangat berkomitmen dalam mendukung para artis berinteraksi dengan pengguna.
“Tidak saja dalam berkomunikasi dengan fans menggunakan fitur komentar yang sudah ada di aplikasi, tetapi juga dalam membantu artis menjangkau fans global, serta memberikan pengalaman mendengarkan musik yang asik bagi pengguna,” imbuhnya.
Selanjutnya, ada tiga hal yang bisa disimpulkan dari diskusi Breakfast with Resso yang berlangsung selama hampir dua jam ini, yang pertama, apresiasi terhadap karya musisi merupakan landasan dari terbentuknya fanbase; kedua, teknologi dan media digital, termasuk media sosial, memegang peran penting bagi manajemen fans; dan ketiga, hubungan yang terbentuk antara artis dan fans harus sama-sama menguntungkan. (FA)
Comment