Merujuk data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) jumlah kasus dengue sejauh ini masih tergolong tinggi dengan jumlah kasus dengue di Indonesia dari awal tahun hingga bulan 12 April 2022 mencapai 32.213 kasus dan jumlah meninggal dunia mencapai 323 orang.[1] Sementara itu, jumlah kasus pada tahun 2021 mencapai 73.518 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 705 kasus.[1] Oleh karena itu, kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dengue di lingkungan sekitar mereka menjadi bagian penting dari upaya mitigasi penyakit ini secara luas.
Terkait itu, PT. Takeda Indonesia menyelenggarakan Diskusi Media guna meningkatkan kesadaran publik dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran dengue. Menggandeng Kementerian Kesehatan Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Komunitas Dengue Indonesia, PT Takeda indonesia berkomitmen untuk bersama memberikan edukasi tentang bahaya penyakit demam berdarah dan juga upaya pencegahan yang bisa dilakukan demi meningkatkan perlindungan diri terhadap bahaya dengue.
Andreas Gutknecht, General Manager PT Takeda Indonesia mengatakan penurunan kasus Covid-19 menjadi saat untuk kita melihat kembali dengue, penyakit yang bisa menyebabkan sakit parah, penyebaran yang cepat melalui nyamuk pembawa virus dengue; dan saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk dengue.
“Di Takeda, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue,” kata Andreas Gutknecht diacara Diskusi dengan Media yang disiarkan secara virtual Selasa (19/4/2022).
Pada kesempatan ini, Takeda Indonesia juga mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam upaya waspada dengue dengan melakukan posting foto Jentik Jari, yang menandakan bahwa kesadaran akan bahaya dengue perlu ditingkatkan, dan bahwa dengue ada di sekitar kita.
“Pada musim penghujan seperti sekarang ini, dengue menjadi penyakit yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Kami sangat mendorong partisipasi dan kolaborasi semua pihak dalam mencegah dan menangani endemi demam berdarah di Indonesia. Karena itu, kami mengapresiasi Takeda Indonesia atas partisipasinya dalam mengingatkan kembali serta mengedukasi masyarakat kita mengenai dengue serta upaya preventif yang akan dilakukan.” ungkap dr. Asik Surya, MPPM, Koordinator Substansi Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RepubIik Indonesia.
Selain itu, Pemerintah telah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue menjadi 0,5% pada 2025 dari 0,9% di tahun 2021.[1,2] Pemerintah terus melanjutkan kampanye pencegahan dengue melalui program 3M plus – Menguras, Menutup, Mendaur Ulang berikut berbagai kegiatan pencegahan lainnya seperti memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi serta memberikan larvasida di tempat penampungan air. Namun demikian, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat di tengah pandemi seperti saat ini adalah membedakan gejala penularan Covid-19 dan Dengue.
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan “Gejala dengue sangatlah mirip dengan gejala Covid-19, yaitu seperti demam tinggi, nyeri di sejumlah bagian tubuh, lesu, dan muncul ruam. Sehingga orang tua memiliki peran yang penting dalam mencermati dan mengenali beberapa tanda bahaya dengue. Selain itu, kita bisa melakukan pemeriksaan darah sehingga ada konfirmasi diagnosa bahwa ini adalah demam dengue.”
Hal senada juga diungkapkan Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) selaku Ketua Komunitas Dengue Indonesia. Menurut beliau pandemi Covid-19 belum usai, sehingga ini menjadi double burden, dimana ada dua masalah infeksi yang hadir pada waktu bersamaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.
“Maka sinergi seluruh kalangan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya dan pencegahan demam berdarah menjadi penting. Setiap anggota keluarga diharapkan dapat mengenali jenis nyamuk Aedes aegypti yang menularkan dengue. Terlebih lagi upaya pencegahan Demam Berdarah tidak hanya 3M plus tetapi juga inovasi pencegahan lain seperti dengan vaksinasi serta upaya untuk mendorong seluruh kalangan masyarakat untuk lebih waspada dan lebih pintar dalam mencegah demam berdarah,” ungkapnya.
Sejauh ini, Pemerintah telah memetakan penanganan dengue melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang berfokus pada 6 langkah strategis. Salah satu langkah strategis yang dikedepankan Pemerintah adalah inovasi karena merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penyebaran dengue. Inovasi pencegahan ini termasuk pengembangan vaksin dengue yang tentunya aman dan dapat melindungi populasi anak dan juga dewasa yang berisiko terhadap dengue diakibatkan empat stereotipe dengue, tanpa melihat riwayat dengue sebelumnya. Hal ini juga harus sesuai dengan rekomendasi WHO bahwa ketersediaan vaksin dengue bisa mendorong keberhasilan pengendalian penyakit tersebut.
“Vaksinasi merupakan salah satu inovasi dalam strategi pencegahan penyebaran dengue yang sangat mungkin dilakukan di masa depan karena masyarakat secara luas sudah terbiasa dengan pelaksanaan vaksinasi. Hal ini tidak terlepas dari program vaksinasi Covid-19 yang telah diselenggarakan sebanyak tiga kali secara gratis oleh Pemerintah, kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi sudah sangat baik. Karena itu, kami berharap opsi untuk vaksinasi dengue bisa menjadi semakin luas dan angka kasus Dengue maupun kematian akibat dengue dapat turun sejalan dengan target Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025,” pungkas Dr. Asik Surya, MPPM. (FA)
Comment