Dalam era bisnis modern yang semakin kompleks dan dinamis, pentingnya laporan korporat yang terintegrasi tidak dapat diabaikan.
Laporan keuangan yang disusun dengan benar dan menggambarkan kegiatan ekonomi korporat sesungguhnya diharapkan memberikan informasi yang akurat untuk proses pengambilan keputusan pada para pemangku kepentingan, utamanya adalah investor.
Dengan begitu, hal yang banyak dipertanyakan adalah apakah laporan keuangan korporat cukup untuk
menunjukkan kondisi korporat secara keseluruhan?.
Prof. Yanthi, Guru Besar Ilmu
Akuntansi dan Keuangan Perusahaan BINUS University yang ditemui dalam sesi orasi ilmiah mengungkapkan, umumnya korporasi menggunakan pendekatan kerangka Triple Bottomline yang berdasar tiga pemangku kepentingan, yaitu People, Planet, Profit dalam business model dan praktiknya.
Beliau menyebut laporan ini sebagai laporan berkelanjutan (Sustainability report), yang mendemonstrasikan komitmen korporat dalam jangka waktu panjang pada penciptaan nilai korporat, keterlibatan pemangku kepentingan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.
“Dalam pelaksanaannya, pemangku kepentingan dan bisnis membutuhkan laporan keuangan yang lebih komprehensif dan berorientasi ke
depan. Laporan berkelanjutan kemudian berevolusi dengan berdasar pada penggabungan laporan keuangan dan non-keuangan yang mendukung pemikiran bisnis yang terintegrasi, pengambilan keputusan, dan gerakan yang fokus pada penciptaan nilai
yang berkelanjutan. Laporan ini disebut Laporan Terintegrasi,” jelas Prof. Yanthi dalam keterangan tertulisnya Selasa (21/5/2024).
Prof. Yanthi mengatakan ada tujuh prinsip Pelaporan Terintegrasi, yaitu Fokus pada strategi dan orientasi pada masa yang akan datang, konektifitas informasi, hubungan pemangku kepentingan, materialitas, ringkas, andal dan lengkap, serta konsisten dan
dapat dibandingkan. Ekonomi Sirkular, Solusi Keberlangsungan Korporasi Bagi Lingkungan dan Sosial
Dalam penerapannya, Laporan Terintegrasi juga memiliki tantangan, baik yang bersifat eksternal maupun internal.
“Proses pelaporan terintegrasi dalam kerangka kerja ekonomi sirkular.
Mengubah model bisnis berkelanjutan dengan prinsip ekonomi sirkular akan secara organik memudahkan pelaporan terintegrasi, karena laporan menunjukkan keadaan ekonomi korporat sesungguhnya. Walaupun tidak instan, para pemangku kepentingan, terutama investor, mendapat laporan yang utuh dari seluruh kegiatan
ekonomi korporat,” saran Prof. Yanthi.
Dia menambahkan, teknologi blockhain dapat membantu menawarkan
peluang untuk visibilitas, transparansi, dan jejak di seluruh rantai pasokan, yang
penting untuk prinsip ekonomi sirkular.
Dengan memanfaatkan blockchain, bisnis dapat mengoptimalkan kinerja lingkungan, meningkatkan keberlanjutan, dan mempromosikan perilaku sirkular dalam rantai
pasokan.
“Secara keseluruhan, integrasi teknologi blockchain dalam inisiatif ekonomi sirkular menawarkan jalur yang menjanjikan menuju pencapaian tujuan keberlanjutan, meningkatkan efisiensi sumber daya, dan mempromosikan praktik bisnis yang bertanggung jawab di berbagai industri,” imbuhnya.
Perguruan Tinggi Sebagai Garda Terdepan Penerapan Pelaporan Terintegrasi Berbasiskan Ekonomi Sirkular.
Sebagai akademisi, Prof. Yanthi juga memaparkan peranan perguruan tinggi
terutama dalam penerapan Pelaporan terintegrasi berbasiskan Ekonomi sirkular. Beliau memberi contoh BINUS University yang berkomitmen untuk memulai penerapan Ekonomi sirkular. Sudah sejak lama, di lingkungan kampus, BINUS University praktik pemilahan sampah dijalankan dengan menyediakan tempat sampah yang berbeda untuk produk yang bisa didaur ulang dan yang tidak.
Selain itu penerapan area bebas rokok juga sudah diterapkan. Penggunaan used
paper juga sangat dianjurkan. BINUS University akan memperluas prinsip 5R
(Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant) di lingkungan kampus.
Hal ini penting, karena kita mendidik pemimpin-pemimpin korporat di masa yang akan datang.Selain itu, transparansi juga perlu dimulai dengan menysusun pelaporan berkelanjutan (nonfinansial) berkala. Dengan kemampuan tekonologi informasi yang
dimiliki BINUS University, penerapan teknologi Blockchain dapat dibangun untuk keperluan internal.
Dengan demikian, BINUS University bisa dan akan menjadi perguruan tinggi pertama yang menerbitkan Laporan Terintegrasi terbatas bagi para pemangku kepentingannya.
Menjadi Guru Besar Sebagai Komitmen Membina dan Memberdayakan
Masyarakat
Prof. Yanthi Rumbina Ianova Hutagaol, S.P., M. Acc., Ph.D. merupakan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Akuntansi dan Keuangan Perusahaan dan merupakan merupakan Guru Besar ke-31 yang dikukuhkan BINUS University. Beliau resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar pada (29/4) di BINUS @Kemanggisan, Kampus Anggrek. Seremoni pengukuhan dipimpin oleh Ketua Senat dan Rektor BINUS University, Dr. Nelly, S.Kom., MM. CSCA, serta dihadiri Kepala LLDIKTI Wilayah
III, Dewan Guru Besar, Guru Besar Tamu, perwakilan industri dan tamu undangan.
Prof. Yanthi bergabung dengan BINUS University pada tahun 2009 sebagai Head of Program of Master of Applied Finance. Pada tahun 2010, beliau ditunjuk sebagai Research Manager in Research & Development (R&D) Division.
Selain mengajar, ia juga memiliki ketertarikan pada penelitian hingga
mempresentasikan makalah penelitiannya pada konferensi Akuntansi & Keuangan bergengsi di Asia, Australia, Eropa dan Selandia Baru. Minat penelitiannya adalah Riset Akuntansi Berbasis Pasar Modal, Kualitas Laba, dan Initial Public Offerings (IPO). Saat ini Beliau menjabat sebagai Lecturer Specialist – Professor Finance Program BINUS University. (FA)
Comment